
Dewan Kesenian Metro mengikuti kegiatan Workshop Tata Panggung yang diselenggarakan oleh UPTD Taman Budaya Lampung pada 24–26 November 2025 di Gedung Teater Tertutup. Kegiatan yang merupakan bagian dari program Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung ini mengangkat tema “Penguatan Kapasitas Seniman melalui Pemahaman Tata Panggung yang Profesional dan Kreatif.” Workshop ini menjadi sarana peningkatan pengetahuan teknis bagi pelaku seni dan pengelola kegiatan budaya dari berbagai daerah, khususnya terkait pengelolaan produksi pertunjukan, tata cahaya, manajemen panggung, serta skenografi.
Sebanyak 50 peserta hadir mengikuti kegiatan ini, berasal dari berbagai kabupaten dan kota di Provinsi Lampung, termasuk perwakilan Dewan Kesenian Metro. Kehadiran peserta dari banyak daerah menunjukkan adanya kebutuhan bersama untuk memperkuat kompetensi teknis sebagai bagian dari pengembangan penyelenggaraan pertunjukan seni di tingkat daerah. Para peserta memperoleh kesempatan untuk mempelajari berbagai unsur teknis yang selama ini menjadi komponen penting dalam proses produksi panggung, serta meninjau praktik kerja yang umum terjadi di daerah masing-masing.

Pembukaan kegiatan dilakukan pada 24 November 2025 dan diawali dengan pemberian materi terkait arah kebijakan pemerintah dalam pemajuan kebudayaan oleh Kepala UPTD Taman Budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung, Desiana, SE., MM. Materi ini memberikan gambaran mengenai posisi dan peran pemerintah dalam memperkuat program seni budaya, termasuk pentingnya peningkatan kapasitas pelaku seni dan aparatur budaya agar mampu menyelenggarakan kegiatan yang sesuai regulasi dan perencanaan yang baik. Setelah itu, peserta memasuki materi teknis mengenai pengelolaan dan manajemen panggung yang disampaikan oleh Abdul Salam, bersama Nazaruddin, S.Sn. dan Dra. Nursini Margiastuti. Sesi ini membahas pembagian fungsi kerja dalam tim pertunjukan, alur produksi, serta kebutuhan perencanaan agar pertunjukan dapat berjalan sesuai kapasitas yang dimiliki masing-masing daerah.
Pelatihan berlanjut pada 25 November 2025 dengan penguatan materi manajemen panggung di sesi pagi, kemudian peserta memasuki pembahasan mengenai tata cahaya yang disampaikan oleh Ahmad Jusmar, S.Sn. dengan moderator Diana Rosa, SE. Materi ini meninjau peran cahaya dalam membangun fokus visual, menciptakan suasana dramatik, sekaligus meningkatkan keterbacaan panggung. Peserta juga mendalami karakter berbagai jenis lampu, arah sumber cahaya, intensitas, serta penempatan lampu sesuai kebutuhan pertunjukan. Pada sesi siang, peserta mengikuti materi skenografi yang disampaikan oleh Deden Jalaludin Bulqini, S.Sn. dan Imas Sobariah, S.Sn. Pembahasan menguraikan peran tata ruang panggung, tata visual, properti, serta aspek pendukung lain yang membangun kesatuan artistik dalam sebuah pertunjukan. Peserta mempelajari bagaimana tata panggung perlu dirancang berdasarkan kebutuhan pementasan, orientasi penonton, ruang gerak pemain, serta efektivitas penggunaan ruang dan peralatan yang tersedia.

Hari terakhir pada 26 November 2025 difokuskan pada pendalaman materi skenografi yang kembali dipimpin oleh Deden Jalaludin Bulqini, S.Sn. dan Imas Sobariah, S.Sn., serta tambahan pembahasan dari I Gusti Nyoman Arsana. Dalam sesi ini peserta berdiskusi mengenai penerapan konsep tata artistik berdasarkan kondisi nyata di masing-masing daerah, termasuk perbedaan ketersediaan sarana produksi, kualitas ruang pertunjukan, keterampilan personel, dan perangkat pendukung lain. Diskusi sekaligus menjadi wadah pertukaran pengalaman antardaerah terkait penyusunan produksi yang mempertimbangkan keselamatan, efisiensi kerja, kemampuan perawatan panggung, serta kecocokan perangkat dengan skala pertunjukan yang dijalankan.
Sepanjang kegiatan, peserta juga berkesempatan saling bertukar pandangan mengenai situasi penyelenggaraan pertunjukan di daerah masing-masing. Beberapa peserta menyampaikan bahwa kendala umum tidak hanya berkaitan dengan terbatasnya peralatan pendukung, tetapi juga kurangnya sumber daya manusia yang memiliki kemampuan teknis memadai, serta belum tersedianya standar kerja yang terstruktur. Melalui pelatihan ini, peserta memperoleh pengetahuan yang dapat digunakan sebagai dasar perencanaan program seni yang lebih terorganisasi, mulai dari pembagian kerja, kebutuhan teknis, penataan panggung, hingga penanganan perangkat produksi saat pertunjukan berlangsung.

Perwakilan dari Dewan Kesenian Metro, Iqal Saputra, menyampaikan pandangannya mengenai kegiatan ini. “Materi dari para narasumber sangat menarik, terutama pada pembahasan teknis artistik karena disampaikan oleh narasumber yang memiliki pengalaman dan kompetensi mumpuni,” ujarnya. Menurutnya, kegiatan semacam ini berperan penting dalam memperkuat pemahaman pelaku seni daerah terhadap proses penyelenggaraan pertunjukan yang sistematis.
Kegiatan ini tidak hanya menghadirkan pelatihan teknis, tetapi juga menjadi ruang evaluasi praktik penyelenggaraan pertunjukan seni yang selama ini berjalan di kabupaten dan kota di Provinsi Lampung. Melalui forum ini, peserta dapat mengidentifikasi kebutuhan teknis, memetakan kelemahan pelaksanaan, serta menemukan perspektif baru untuk meningkatkan kualitas pertunjukan di daerah masing-masing. Hasil pelatihan diharapkan dapat berkontribusi pada peningkatan kemampuan pelaku seni dan pengelola kegiatan budaya agar dapat menyusun pertunjukan secara lebih terukur, tertata, dan sesuai dengan dinamika kebutuhan pertunjukan seni di Lampung saat ini.
