[Sabtu, 4 Oktober 2025 – Lampung Timur] – Suasana di Café Rabusta Wawai siang itu terasa berbeda. Di tengah aroma kopi yang menenangkan, deretan kursi tertata rapi menunggu para penggiat literasi dari berbagai penjuru Lampung Timur. Mereka datang bukan sekadar untuk berbincang santai, tetapi untuk menyalakan api gerakan literasi melalui Festival Literasi Anak Desa Bumi Harjo (LADA) 2025—sebuah inisiatif yang digagas oleh TBM Mekar Utama, pioner literasi dari Desa Bumi Harjo, Lampung Timur.
Kegiatan yang dibuka dengan Workshop Penguatan Kapasitas Komunitas Literasi ini menjadi langkah pertama dari rangkaian acara Festival LADA 2025. Program ini merupakan bagian dari Bantuan Pemerintah (Banpem) 2025 yang digulirkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia.

Acara tersebut turut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting daerah, di antaranya Kepala Dinas Perpustakaan Lampung Timur, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lampung Timur, Camat Batanghari, Lurah Desa Bumi Harjo, serta para penggiat literasi se-Lampung Timur. Kehadiran mereka menandakan dukungan nyata terhadap upaya penguatan gerakan literasi di tingkat akar rumput.
Dalam sambutannya, Kepala Dinas Perpustakaan Lampung Timur menegaskan pentingnya gerakan ini. “Kegiatan ini merupakan langkah nyata untuk memperkuat akar literasi dan menjadikan masyarakat yang kuat serta berdaya,” ujarnya. Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lampung Timur yang menekankan bahwa “Literasi adalah tonggak pertumbuhan generasi muda, dan kemajuan generasi akan berdampak langsung pada perkembangan daerah.”
Ketua penyelenggara kegiatan, Arsi Herawati, menyampaikan harapannya agar kegiatan ini dapat menjadi pemantik semangat baru bagi para pegiat literasi desa. “Kami berharap kegiatan ini bisa menumbuhkan semangat berliterasi, khususnya di Desa Bumi Harjo,” ungkapnya penuh optimisme.
Selepas acara pembukaan, suasana semakin hidup dengan sesi pertama bertema Resensi Buku Bermutu dengan Pendekatan Jurnalistik, yang dipandu oleh Andi Siswanto dengan narasumber Solihin. Dalam paparannya, Solihin menekankan pentingnya peran resensi dalam dunia literasi. “Resensi buku adalah indikator penting untuk menjadikan buku lebih baik dan memperkaya pola pengetahuan pembacanya,” ujarnya. Ia juga mengingatkan, “Dalam menulis resensi, jangan menuangkan ego. Tulis dengan jernih, agar pembaca bisa menilai dengan adil.”

Sesi kedua berlangsung tak kalah menarik. Dengan panduan Ahmad Nashirudin dan narasumber Solikul Hadi, tema yang diangkat kali ini adalah Pengembangan dan Kolaborasi Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Dalam pemaparannya, Hadi menegaskan pentingnya identitas dan arah yang jelas bagi setiap TBM. “TBM harus memiliki profil dan fokus literasi yang khas. Penting pula melakukan analisis SWOT untuk memahami kekuatan dan tantangan yang ada,” katanya.
Ia juga menambahkan tentang pentingnya aspek manajemen dan kolaborasi. “Relawan, jadwal kegiatan, sasaran, hingga tempat pelaksanaan harus direncanakan dengan matang. Dan yang paling penting, TBM harus berani bermitra serta berkolaborasi dengan berbagai lembaga untuk memperkuat basis gerakan literasi,” tutupnya dengan semangat.
Festival LADA 2025 bukan sekadar acara, tetapi sebuah gerakan yang menghidupkan kembali harapan. Dari desa kecil di Lampung Timur, semangat literasi itu menyala, menandakan bahwa perubahan besar bisa bermula dari langkah kecil—dari tangan-tangan yang mencintai pengetahuan dan percaya pada kekuatan membaca.