Lampung Timur – Teras Baca Kaliptra membuka rangkaian Festival Literasi Kaliptra 2025 dengan menggelar Workshop Menulis Cerita Anak di Balai Desa Jaya Asri pada Minggu (28/9/2025). Kegiatan perdana ini menjadi pemantik untuk menumbuhkan budaya literasi baca tulis di tengah masyarakat, khususnya di wilayah pedesaan.

Festival literasi yang mengangkat tema “Polinasi Literasi: Membangun Peradaban dari Desa” secara resmi dibuka oleh Desi Kurnilia, Kepala Bidang Pelayanan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Lampung Timur. Dalam sambutannya, Desi menegaskan pentingnya peran komunitas literasi desa sebagai ruang belajar sekaligus penggerak budaya membaca bagi masyarakat.

Program ini mendapat dukungan dari Bantuan Pemerintah (Bapem) 2025 melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikdasmen. Workshop menulis cerita anak dipandang sebagai wadah yang efektif untuk mendorong minat membaca dan menulis. Menurut Desi, seseorang yang senang menulis pada dasarnya juga memiliki kegemaran membaca.

Hadir pula Pengurus Wilayah Forum TBM Lampung, Hadi, yang mengapresiasi tema festival. Menurutnya, tema Polinasi Literasi memiliki makna yang mendalam, dan kegiatan menulis cerita anak sejalan dengan semangat tersebut.

Ketua Teras Baca Kaliptra, Imam Susanto, dalam laporannya menjelaskan bahwa Festival Literasi Kaliptra terdiri dari tiga rangkaian kegiatan, dan workshop menulis cerita anak menjadi pembuka yang sangat penting. Imam menekankan agar peserta memanfaatkan momentum ini dengan serius, karena kesempatan untuk mengikuti workshop menulis anak sangat jarang ditemukan.
Acara ini dihadiri oleh berbagai komunitas literasi, Forum TBM Provinsi Lampung, perangkat desa, para pendidik, serta masyarakat umum. Kehadiran aktif para pegiat literasi dan warga desa menunjukkan tingginya antusiasme untuk mengembangkan budaya baca tulis.

Harapannya, Festival Literasi Kaliptra 2025 dapat menjadi inspirasi bagi lahirnya komunitas-komunitas literasi baru di Desa Jaya Asri dan Kecamatan Metro Kibang. Dengan metode yang tepat dan semangat kolaborasi, gerakan literasi di desa diyakini mampu memperkuat kembali tradisi membaca dan menulis sebagai fondasi peradaban.